Sepanjang 2017

in , by Latu Sukandar, 12/29/2017
It is already 12.12 am in here, 2017 membuat saya sadar beberapa hal
  1. 2017 adalah tahun yang rada berat. Apalagi semester 5, bukan pengen ngeluh, tapi mungkin karena sudah menjadi mahasiswa yang hampir tua, rasanya semester 5 berat sekali. Padahal sks yang saya ambil pun, sengaja tidak sebanyak semester-semester sebelum ini.
  2. Akhir-akhir ini semenjak saya pernah merasakan menjadi aslab dan pemandu (dua hal dengan cara penyampaian materi yang berbeda menurut saya), saya sadar, saya lebih cocok dengan suasana yang agak serius (atau serius?).
  3. “Barangsiapa membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa yang membawa perbuatan yang jahat, maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejabatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. al-An’aam: 160)
  4. Amanah itu berat, Jenderal. Sekali lagi, amanah itu berat. Jangan pernah pergi dari amanah dan menumbalkan segala orang di tempat kamu meninggalkan.
  5. Awalnya saya pikir, tidak berbicara untuk waktu yang lumayan lama karena kesibukan kuliah tidak akan membuat keadaan seburuk itu. Turns out, lagi-lagi tidak semua orang memiliki persepsi yang sama bukan?
  6. Filem COCO ternyata sedih.
  7. Kucing. Saya tempramen sekali dengan semua orang yang suka menyiksa atau bercanda dengan kucing keterlaluan. Maksud saya, jika mereka tidak bisa memberi makan kenapa harus menyiksa?
  8. Lupa kata siapa, “tergantung, kamu mau anggap dirimu sebagai tumbal atau menjadi orang yang diamanahi?”
  9. Makan itu selalu bisa menjadi moodbooster, lho.
  10. Sebuah kegiatan yang ditinggalkan oleh mereka yang diamanahi untuk merancang. Alhamdulillah tersisa orang-orang hebat yang siap untuk membantu.
  11. Outside the line atau outsider itu ternyata menyakitkan ya? Iya menyakitkan kalo dilakuin sama orang yang emang kita anggap ada di lingkaran kita.
  12. Respon itu perlu. Sesibuk apapun kamu.
  13. Saya pribadi, bukan tipikal yang mengagung-agungkan ucapan “selamat ulangtahun”. Apakah parameter peduli hanya dapat dilihat dari mengucapkan saja? Bukankah seseorang semakin bertambah umur, ia akan bersedih? Karena waktu ia di dunia ini beribadah semakin sedikit?  
  14. Terakhir, dari jaman saya jadi aslab fisika dasar sampe jadi kimia dasar, saya selalu mengingatkan praktikan saya, kalo penggunaan “di” untuk tempat, harus spasi. Kalo “di” untuk kata kerja, harus digabung. Saya ingat betapa marahnya guru Bahasa Indonesia saya waktu kelas 11 karena saya tidak tau akan hal itu hahaha.
  15. Ke lima belas, baru sadar terlalu banyak kata amanah.


SHARE 0 comments

Add your comment

© Latu | Food Journal & Personal Corner · THEME BY WATDESIGNEXPRESS